Pada
setiap wanita, baik yang bahagia maupun yang tidak bahagia, apabila
dirinya jadi hamil pasti akan dihinggapi campuran perasaan, yaitu rasa
kuat dan berani menanggung segala cobaan, dan rasa-rasa lemah hati,
takut, ngeri; rasa cinta dan benci; keragu-raguan dan kepastian;
kegelisahan dan rasa tenang bahagia; harapan penuh kabahagiaan dan
kecemasan, yang semuanya menjadi semakin intensif pada saat mendekati
masa kelahiran bayinya.
Apakah yang menjadi penyabab semua kegelisahan dan ketakutan ini?
Sebab-sebabnya antara lain adalah sebagai berikut:
a. Takut mati
b. Trauma kelahiran
c. Perasaan bersalah/berdosa
d. Ketakutan riil
Takut mati
Sekalipun
peristiwa kelahiran itu adalah satu fenomena fisiologis yang normal,
namun hal tersebut tidak kalis dari resiko dan bahaya kematian. Bahkan
pada proses yang normal sekalipun senantiasa disertai perdarahan dan
kesakitan hebat peristiwa inilah yang menimbulkan ketakutan-ketakutan
khususnya takut mati baik kematian dirinya sendiri maupun anak bayi yang
akan dilahirkan. Inilah penyabab pertama.
Pada
saat sekarang perasaan takut mati itu tidak perlu ada atau tidak perlu
dilebih-lebihkan, berkat adanya metode-metode yang efektif untuk
mengatasi macam-macam bahaya pada proses kelahiran. Dan berkat adanya
kemajuan ilmu kebidanan serta pembedahan untuk mengatasi
anormali-anormali anatomi anatomis.
Trauma kelahiran
Berkaitan
dengan perasaan takut mati yang ada pada wanita pada saat melahirkan
bayinya, adapula ketakutan lahir (takut dilahirkan di dunia ini)pada
anak bayi, yang kita kenal sebagai “trauma kelahiran”.
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan kan berpisahnya bayi dari rahim
ibunya. Yaitu merupakan ketakutan “hipotesis” untuk dilahirkan di
dunia, dan takut terpisah dari ibunya.
Ketakutan
berpisah ini ada kalanya menghinggapi seorang ibu yang merasa amat
takut kalau-kalau bayinya bayinya akan terpisah dengan dirinya.
Seolah-olah ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan
bayinya. Trauma genetal tadi tampak dalam bentuk ketakutan untuk melahirkan bayinya.
Analog
dengan ketakutan semacam ini adalah bentuk gangguan seksual yang
neurotis sifatnya, yaitu; ketakutan kehilangan spermanya pada diri
laki-laki; atau berpisah dengan spermanya sendiri, karena ia terlalu “kikir” da selalu mau berhemat, yang disebut dengan ejaculation tarda. Kaum
pria yang menderita ejaculation tarda pada umumnya dihinggapi
ketakutan-ketakutan obsesif untuk membuang atau menghamburan spermanya
dimanapun.
Perasaan bersalah/berdoa
Sebab lain yang menimbulkan ketakutan akan kematian pada proses melahirkan bayinya ialah:
Perasaan bersalah atau berdosa terhadap ibunya.
Pada
setiap fase perkembangan menuju pada feminitas sejati, yaitu sejak
masa kanak-kanak, masa gadis cilik, periode pubertas, sampai pada usia
adolesensi, selau saja gadis yang bersangkutan diliputi emosi-emosi
cinta-kasih pada ibu yang kadangkala juga diikuti rasa kebencian, iri
hati dan dendam; bahkan juga disertai keinginan untuk membunuh adik-adik
atau saudara sekandungnya yang dinanggap sebagi saingannya. Peristiwa
“ingin membunuh” itu kelak kemudian hari diubah menjadi hasrat untuk
memusnahkan janin atau bayinya sendiri, sehingga berlangsung keguguran
kandungannya.
Dalam
semua aktivitas reproduksinya, wanita itu bsnysk melakukan
identifikasi terhadap ibunya. Jika identifikasi ini menjadi salah
bentuk, dan wanita tadi banyak mengembangkan mekanisme rasa-rasa
bersalah dan rasa berdosa terhadap ibunya, maka peristiwa tadi membuat
dirinya menjadi tidak mampu berfungsi sebagai ibu yang bahagia; sebab
selalu saja ia dibebani atau dikejar-kejar oleh rasa berdosa.
Perasaan
berdosa terhadap ibu ini erat hubungannya dengan ketakutan akan mati
pada saat wanita tersebut melahirkan bayinya. Oleh karena itu kita
jumpai adat kebiasaan sejak zaman dahulu sampai masa sekarang berupa:
- Orang lebih suka dan merasa lebih mantap kalu ibunya (nenek sang bayi) menunggui dikala ia melahirkan bayinya.
- Maka menjadi sangat pentinglah kehadiran ibu tersebut pada saat anaknya melahirkan oroknya.
Ketakutan riil:
Pada saat wanita hamil, ketkutan untuk melahirkan bayinya itu saat bisa diperkuat oleh sebab-sebab konkret lainya. Misalnya:
a) Takut kalau-kalau bayinya akan lahir cacad, atau lahir dalam kondisi yang patologis;
b) Takut kalau bayinya akan bernasib buruk disebabkan oleh dosa-dosa ibu itu sendiri di masa silam.
c) Takut kalau beban hidupnya akan hidupnya akan menjadi semakin berat oleh lahirnya sang bayi
d) Muncunya elemen ketakutan yang sangat mendalam dan tidak disadari, kalau ia akan dipisahkan dari bayinya;
e) Takut
kehilangan bayinya yang sering muncul sejak masa kehamilan sampai
waktu melahirkan bayinya. Ketakutan ini bisa diperkuat oleh rasa-rasa
berdoa atau bersalah.
Ketakutan mati
yang sangat mendalam di kala melahirkan bayinya itu disebut ketakutan
primer; biasanya diberangi dengan kekuatan-kekuatan superfisial
(buatan, dibuat-buat) lainnya yang berkaitan dengan kesulitan hidup,
disebut sebagai kekuatan sekunder.
Kekutan
primer dari wanita hamil itu bisa menjadi semakin intensif, jika
ibunya, suaminya dan semua orang yang bersimpati pada dirinya
ikut-ikutan menjadi panik dan resah memikirkan nasib keadaaanya. Oleh
karena itu, sikap mengartinya, karena bisa membrikan dan melindungi dari
suami dan ibunya itu sangat besar artinya, karena bisa memberikan
support moril pada setiap konflik batin, keresahan hati dan ketakuan,
baik yang riil maupun yang iriil sifatnya.
Segala
macam ketakutan tadi menyebabkan timbulnya rasa-rasa pesimistis dan
beriklim “hawa kematian”. Namun dibalik semua ketakutan tersebut, selalu
saja terselip harapan-harapan yang menyenangkan untuk bisa dengan
segera dengan menimmang dan membelai bayi kesayangan yang bakal lahir.
Harapan ini menimbulkan rasa-rasa optimistis, dan beriklim “hawa
kehidupan”, spirit dan gairah hidup. Perasaan positif ini biasanya
dilandasi oleh pengetahuan intelektual, bahwa sebenarnya memang tidak
ada bahaya-bahaya riil pada masa kehamilan dan saat melahirkan bayinya.
Dan bahwa dirinya pasti selamat hidup (survive), sekalipun melalui
banyak kesakitan dan dera-derita lahir dan batin. Karena itu pada calon
ibu-ibu muda itu perlu ditempakan
v Kesiapan mental menghadapai tugas menjadi hamil dan melahirkan bayinya
v Tanpa konflik-konflik batin yang serius dan rasa ketakutan
Banyak
wanita dan anak gadis pada usia jauh sebelum saat kedewasaannya
dihinggapi rasa takut mati, kalau nantinya dia melahirkan bayi.
Akibatnya, fungsi keibuannya menjadi korban dari ketakutan-ketakutan
yang tidak disadari ini (yhaitu akibat dari takut mati sewaktu melahirka
itu). Mereka kemudian menghidari perkawinan atau menghindari mempunyai
anak.